Ahlan Wa Sahlan

translate

Selasa, 26 Februari 2013

Hati Manakah Milik Kita??


Nabi Muhammad SAW bersabda,”Ada empat macam hati yaitu:
  1. Hati yang permukaannya licin dan bersih, didalamnya ada pelita yang menerangi, itulah hati orang mukmin.
  2. Hati yang hitam dan terbalik permukaannya, yaitu hati orang kafir.
  3. Hati yang tertutup dan terikat dalam sampul yaitu hati orang munafik.
  4. Hati yang pipih, didalamnya ada keimanan bercampur dengan kemunafikan.
    Perumpaan keimanan yang ada padanya seperti tanaman sayur-sayuran yang sehat karena disirami air yang baik. Sedangkan perumpamaan kemunafikan yang ada padanya seperti bisul yang dipenuhi nanah. Mana diantara keduanya yang lebih dominan, dengan itu pula ia disifati. (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani).
  • Rasulullah bersabda:"Ketahuilah bahwa di dalam jasad terdapat segumpal daging, bila ia baik maka baiklah seluruh jasad itu, dan bila ia rusak maka rusaklah pula seluruh jasad. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati" (HR. Bukhari dan Muslim).
  • Kedudukan hati di antara anggota badan bagaikan RAJA di tengah kerajaan. Semua gerak-gerik anggota badan akan bergantung kepada hati sebagaimana gerak-gerik anggota pasukan bergantung kepada raja. Bila raja bersifat baik maka prajuritnya pun akan baik pula, sebaliknya bila raja memiliki prilaku buruk maka bala tentaranya pun akan berprilaku buruk pula.
  • Hati adalah ciptaan Allah yang luar biasa, dimana hati menyimpan berjuta-juta rahasia yang tidak mungkin untuk diketahui manusia kecuali segelitir saja dari rahasia-rahasia tersebut. Ini menunjukkan betapa luasnya ilmu dan kekuasaan Allah. Maka oleh sebab itu menyuruh kita agar merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah pada diri kita.
  • Hati diibaratkan CERMIN. Ketika seseorang melakukan perbuatan-perbuatan tercela, maka bekas yang ditinggalkan oleh sifat tercela tersebut adalah membuat hati tertutupi atau terhalangi dari Allah. Seperti cermin yang setiap hari ditutupi oleh kotoran debu, lambat laun cermin tersebut akan menjadi gelap, kotor dan tidak dapat memantulkan cahaya. Seperti firman Allah dalam surat Al-Muthaffifin (83): 14),”Sesungguhnya apa yang mereka lakukan itulah yang menutupi hati mereka”. Atau yang menyebabkan terkuncinya hati mereka, sebagaimana dalam firmanNya: “...dan seandainya Kami menghendaki, niscaya akan Kami azab mereka karena dosa-dosa mereka; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak lagi dapat mendengar” (QS Al-A'raf:100).
Apabila kekeruhan akibat dosa-dosa makin menebal, akan berlangsunglah penguncian mati terhadap hati, sehingga menjadi buta dan tidak memiliki lagi kemampuan untuk menangkap kebenaran dan kebaikan agama. Sebagai akibat, urusan akhirat disepelekan dan urusan dunia diagung-agungkan.
Maimun bin Mahran pernah berkata,”Apabila seseorang melakukan perbuatan dosa, maka hatinya akan timbul setitik noda hitam. Jika ia segera berhenti dari perbuatan itu lalu sungguh-sungguh bertobat, akan hilang titik tersebut dan bersih kembali seperti sediakala. Tetapi jika ia melakukannya lagi, akan ditambahkan titik hitam diatasnya, sehingga pada akhirnya ia meliputi seluruh hatinya.”
Kepatuhan kepada Allah SWT dengan melawan hawa nafsu, akan mengkilapkan hati, sedangkan pembangkangan kepada Allah akan menghitamkannya. Maka barang siapa yang sering berbuat dosa, niscaya hatinya akan menjadi hitam. Dan barang siapa berbuat dosa lalu segera mengikutinya dengan perbuatan kebaikan, dan menghapus bekas-bekas dosanya, maka hatinya tidak langsung menjadi hitam, hanya saja cahayanya menjadi berkurang. Sama seperti cermin yang tertutup oleh hembusan nafas lalu disapu, kemudian dihembusi lagi dan disapu lagi, walaupun terlihat bersih namun tetap tidak terlepas sama sekali dari kekeruhan.


0 komentar:

Posting Komentar