Bismillahirrahmanirrahim...
Ayaaaah.. nanda kangen ayah..:'(
Ya Allah,, aku bgtu merindunya..
cerita berikut ini persis seperti yang kurasakan saat ini...
******
Rasanya tak mudah meluapkan tiap-tiap yang kurasa.
Rindu ini tampaknya menjadi tumpukan yang berdebu, telah begitu
usang. Wajahnya tak mampu ku lukis walau sudah dalam-dalam ku
bayangkan. Aku selalu tak mampu membentuk bayangnya. Hhhhhhhhhhhhh…
Ku menghela nafas disela hujan yang mengguyur bumi,
seakan mengerti bahwa aku merasakan kesedihan hebat yang rasanya
mengguncang jiwa. Padahal aku saja tak mampu menggambarkannya dalam
angan, namun mengapa rindu ini seakan merobek jiwaku, menghentak
tiap-tiap rasaku.
Seperti biasa langkah kaki mengajakku tuk mencari
satu titik terang di penghujung sana. Aku menuju kesuksesan yang
Allah sediakan pada tiap makhlukNya, tinggal jalan mana yang hendak
kita lewati, jalan yang baik atau yang tidak seharusnya.
“Assalamu’alaikum hujan” sapaku pada tetesan
langit, sang penyejuk penuh arif. Ia tak pernah menyalahkanku karena
selalu bercerita padanya tentang apa-apa yang kurasa, apa-apa yang ku
alami. Ia kini jadi sahabat baruku, ku mencurahkan padanya.
Menganggap ia sebagai sandaran ku, walau ia tak mampu menjawab tapi
itu cukup untukku, melegakan sedikit sesakku. Aku memang jiwa
tertutup yang tak mampu dengan mudah utarakan sesuatu yang
menggedor pintu hati tuk tertumpahkan, aku hanya mampu diam, tak
bicara dan hanya mampu jalan ditempat. Ya begitulah aku.
Aku utarakan maksud hati yang mulai merindu ayahku
yang telah 15 tahun lalu pergi lebih dulu menghadapNya.
***
Setidaknya tegakku di waktu Dhuha-Nya mampu
menenangkanku dalam rindu kemarin yang masih berbekas hingga kini,
mataku saja masih sembab terekam memoriku atas apa yang ku rasa kini.
“Sungguh kutahu Ya Rabbana ku tak pantas tuk
mengeluh walau hanya secuil. NikmatMu tiada mampu menyaingi dengan
apa yang Kau ambil dariku. Tapi, ku hanya mampu mengadu padaMu atas
sesak yang kurasa tiap kali ku mengenangnya dalam ingatan, mencoba
merasakan hangatnya dalam dekapnya, Sungguh ya Rabb, ikhlaskanlah
hati ini atas TakdirMu agar ku mampu melenggangkan langkah kembali
tuk merajut mimpi dalam cintaMu, meraih ridha dalam senyum dibingkai
takdir”
Aku sungguh tak ingat bagaimana dulu perlakuan ayah
padaku, namun ku yakin kasihnya kan kental padaku. Mamahku sering
bilang bahwa aku adalah anak yang paling disayang ayah, dulu aku yang
tak pernah absen ayah bawa saat beliau bepergian ke mana pun. Aku
dijuluki “si pintar” oleh ayah. Walau hanya sebuah cerita ini
sedikit membuatku tersenyum, aku mampu merasakan bahwa ia begitu
menyayangiku, walau ku tau sebuah perasaan itu harus terwujud,
terealisasi. Tapi bagiku kisah ini sudah lebih dari cukup.
Kadang ada sedih di hatiku, aku tak begitu
mengenalnya, bagaimana perangai dan sikapnya, apa makanan
kesukaannya, apa hobinya, namun ku tau Allah pasti punya rencana kuat
kenapa aku tak harus mengetahui itu, aku yakin inilah yang terbaik
dari-Nya.
Hari ini hujan kembali turun.
08.35
Sudah 15 tahun lamanya ayah tak ada di sisiku, ia
sudah meninggal saat aku berusia tak lebih dari 3 tahun.
Sewaktu SD aku pernah merasakan keinginan yang
mungkin wajar dialami oleh setiap anak yang merindukan ayahnya. Aku
tersenyum simpul saat ku mengingat ini, ada getir pula yang mengetrap
hati.
Di bangku SD mendapatkan beberapa prestasi, tapi itu
tak ayal membuatku bahagia. Aku lebih ingin ayah berada di sampingku
dan menggenggam tanganku seraya tersenyum tanda bangga atas
perkembangan anaknya, aku selalu ingin ayah yang menghadiri
acara-acara kenaikan kelasku, hal yang tak mungkin? Atau menangis
dalam peluknya tuk menceritakan keluh atas perlakuan temanku yang
menjengkelkan, atau menggendong dan bersenda gurau denganku. Hal yang
sekecil ini dulu buatku melemah. Ini mengakibatkan tubuhku menjadi
kurus karena mungkin mengharapkan pada hal yang tak mungkin dapat
kembali alam kehidupan nyata kini.
Ya, tapi itukan dulu, saat aku belum mengetahui-Nya,
kini Dia telah mengajariku akan ridha terhadap apapun yang kualami.
Tentang ilmu ikhlas akan takdir masa lalu, masa kini dan masa yang
kelak akan ku hadapi.
Dan kini aku ingin berbakti padanya, lelantunan
suara senduku dalam tegaknya di sepertiga malam terakhir. Ku
mengadukan pada-Nya agar di sana ayah baik-baik saja. Ku sadari betul
sedikitnya kesempatanku tuk mampu bersamanya, aku ada di dunia sedang
ayah berada di alam sana.
Shalihah, gelar yang begitu ingin ku gapai. Aku
berharap besar gelar yang kuharap ini mampu menolong kedua orang
tuaku di yaumil akhir sana. Tuk kembali melihat senyum cintanya
padaku. Agar terbayar rasa rindu ini, yang berharap kekal bersamamu
di dalam syurgaNya kelak.
***
Dari anakmu yang begitu rindu.
Dari anakmu yang begitu rindu.
Sumber: http://www.dakwatuna.com
0 komentar:
Posting Komentar