“Hujan, tolong jangan pergi...” Kata Awan..
“Awan...,
ada waktunya melepaskan itu lebih baik. Aku tidak sanggup melihatmu menanggung
beban di dadamu hanya karena tidak ingin aku pergi.”..Kata Hujan
“Tapi aku
masih mampu...” Kata Awan..
Hujan tersenyum sambil berkata
“Ya, mungkin kau masih mampu. Tapi sampai kapan kau akan mampu
bertahan?..”
Awan terdiam....
“Aku harus
patuh pada perentah Tuhan. Dan kau pun harus akur pada takdirNya. Dia tahu
betapa beratnya kau menanggung beban, kerana itu Dia perintahkan aku untuk
turun ke bumi membasahi hamparan ciptaanNya yang Maha Agung menyejukkan
tanah-tanah gersang yang lebih memerlukan aku daripada kau perlukan aku.” Kata
Hujan...
“Wahai Awan..Sungguh, kadang-kadang melepaskan itu lebih baik walaupun
saat itu terasa begitu berat sekali. Tapi, Allah kan ada? Mengapa
bersedih?” Kata Hujan pada Awan...
“Pergilah
kau Hujan. Aku rela demi Tuhanku dan Tuhanmu Hanya demi Tuhanku aku
redha..Terima kasih Hujan. Mendengar kata-katamu, aku lebih mengenal siapa
diriku.” Kata Awan....
“Allahuuuuuu
Rabbiiiiiiiiiiiiiii Selamat tinggal wahai Awan. Doakan aku bermanfaat untuk
mereka yang lain... Allahuakbar!!!!!!!!” Jerit Hujan bersama guruh berdentum
kuat...
Airmata Awan
jatuh tanpa henti-henti kerana tersedar kembali lalu insaf kerana selama ini
cintanya pada Hujan melebihi cinta pada Ilahi.
Hujan pun
turun bersama air mata. Sakit. Saat melepaskan. Tapi Allah lebih tahu
segalanya. Perasaan ini hanya sementara.
Mungkin Langit tidak akan mengerti
akan kesakitan Awan dan Hujan. Langit hanya menyaksikan. Tapi belum tentu
Langit itu faham pengorbanan.
Awan..., Hujan
menghadiahkanmu Pelangi. Kamu lihat bukan? Subhanallah...
Hmmm...smoga kita bisa mengambil hikmah dari Kisah di atas... :)
Sumber: www.adminskss.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar